Rabu, 22 November 2017

KENDALA – KENDALA PENGELOLAAN KELAS PADA PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP 

Makalah Dibuat Untuk Melengkapi Tugas
Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap
Dosen Pengampu: Vit Ardyantama M.Pd.

STKIP-WARNA-PNG.png
 



                      

Disusun Oleh :

PUTRI IMBAR MAAS
(1586206011)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
STKIP PGRI PACITAN
TAHUN AJARAN 2017/2018

A.    LATAR BELAKANG
Dalam pengelolaan kelas rangkap guru biasanya belum begitu mengerti cara pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan siswa dalam proses pembelajaran dan kaitannya dengan interaksi karena lebih menekankan pada kondisial siswa kelas rangkap asal tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dengan menghiraukan komponen-komponen tersebut. Padahal komponen-komponen seperti pengelolaan siswa, penataan ruang, pemanfaatan sumber dan media belajar sangat dibutuhkan untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar supaya peserta didik lebih mudah mengerti, memahami, dan mempunyai pembelajaran  yang berkesan.
Pemanfaatan sumber belajar dalam kaitannya kelas rangkap masih dinilai sangat kurang karena sudut pandang di Indonesia bahwa apabila suatu sekolah terdapat kelas rangkap secara tidak langsung berati kekurangan dalam berbagai sarana prasarana seperti tenaga pengajar, ruang kelas, fasilitas penunjang dll. Dalam pembalajranpun guru dihadapkan pada pendekatan kondisial seadanya tanpa menggunakan aturan yang sesuai pengelolaan yang baik guna mengefektifkan dan efisien dalam biaya, tempat, dan tenaga.selain itu komponen lain seperti model-model PKR dan pengelompokkan siswa juga masih jauh dari kata dikondisikan untuk memungkinkan proses pembelajaran yang benar-benar aturan standar pembelajaran kelas rangkap.
Oleh sebab itu kita sebagai calon guru SD yang dihadapkan kemungkinan besar akan menjumpai tuntutan pengajaran kelas rangkap apalagi yang ditempatkan pada daerah yang terluar, terdepan, dan tertinggal seperti di daerah NTT, Papua, Aceh dll maka seorang guru yang profesional harus mengetahui bagaimana pengelolaan kelas rangkap yang baik dan sesuai aturan standar guna siswa tidak terlantar dan mencapai tujuan pembelajaran dengan sesuai harapan.
Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah terutama di daerah yang terpencil. Akibatnya kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini.
Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Oleh karena itu kita tidak lagi mempunyai anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi. Namun justru sebaliknya pada diri kita akan mendapatkan pemahaman bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus kita hadapi sebagai tugas guru SD.
Disamping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar dikelas rangkap.
Sekolah adalah tempat belajar dan tempat siswa dalam mengasah serta mengoptimalkan kemampuan yang ada pada dirinya. Sekolah bertugas membimbing siswa dan memberikan fasilitas yang semaksimal mungkin dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usianya. Sekolah harus memuat pendidikan yang layak karena pendidikan adalah hak setiap warga negara. Hal tersebut dijamin dalam Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003 ayat 1 dijabarkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang punya pembelajaran yang layak. Pembelajaran yang layak adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memenuhi standar minimal pembelajaran yang harus terjadi di dalam kelas, ada kelas, ada guru, ada bahan ajar, Pembelajaran dapat berjalan dengan baik ketika memiliki kelengkapan komponen pembelajaran, bagaimana pembelajaran bisa berjalan baik dan efektif, jika gurunya saja tidak lengkap, apalagi para murid tidak mempunyai buku-buku yang diperlukan.
Jumlah guru yang kurang, memungkinkan guru yang ada mengajar lebih dari satu kelas yang bisa juga disebut dengan pembelajaran kelas rangkap. Pembelajaran kelas rangkap adalah satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah diterapkan atau tidak serta bagaimana penerapan secara langsung pembelajaran kelas rangkap di sekolah, penulis yang merupakan calon guru melakukan kegiatan observasi di SD yang diharapkan dapat meningkatan kualitas tenaga pengajar agar menjadi pengajar profesional khususnya calon guru sekolah dasar program S1 PGSD STKIP PGRI Pacitan.


 A.    STUDY KASUS
Kendala – kendala yang dihadapi baik guru maupun peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap yang saya temui pada observasi antara lain:
1.      Guru harus menunjuk para siswa yang lebih tua dan mempunyai kemampuan yang lebih dari siswa lainnya untuk membantu mengelola pembelajaran. Sedangkan siswanya yang pintar belum tentu mau untuk maju membantu temannya mengerjakan di depan kelas.
2.      Keterbatasan berbagai sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran terutama yang berupa buku-buku teks, bahan belajar yang lainnya dan alat bantu mengajar.
3.      Metode yang digunakan kurang bervariasi, di SD yang saya observasi masih menggunakan metode diskusi dan ceramah dimana metode ini menurut saya kurang bervariasi (membosankan) dan kurang membuat siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
4.      Media pembelajarannyapun agak membosankan karena hanya menggunakan media yang ada (fasilitas sekolah).
5.      Kegiatan pembelajaran kurang terfokuskan karena adanya pembangunan sekolah di dekat area kelas.

B.     PENYELESAIAN (SINKRONISASI DATA DAN TEORI)
Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologi dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas cukup berat bagai guru dalam menggelola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukarnya menggelola kelas. Akibat kegagalan guru menggelola kelas, tujuan pengajaran pun sukar untuk dicapai. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas adalah upaya lain yang tidak bisa diabaikan.
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terdapat di dalam suatu tujuan. Strategi/metode yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar bermacam-macam penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan siswa. Sebagai suatu proses, pembelajaran melibatkan sejumlah unsur yang terkait dengan keterlaksanaan proses tersebut. Unsur yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran adalah (1) tujuan pembelajaran (TPU dan TPK), (2) proses pembelajaran (materi pelajaran, metode dan teknik mengajar, sumber belajar), dan (3) evaluasi proses dan hasil belajar siswa, serta (4) pelaku pembelajaran (guru dan siswa).
Masing-masing unsur yang terkait dengan proses pembelajaran dapat menjadi sumber permasalahan pembelajaran. Permasalahan pembelajaran dapat timbul dari tujuan pembelajaran, dari materi pembelajaran, dari proses pembelajaran, atau dari evaluasi pembelajarannya..
Pelaksanaan pembelajaran sering mengalami kendala seperti terjadinya perubahan kurikulum, perubahan ini sengaja diciptakan oleh atasan (Depdiknas) sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebagainya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.
Oleh karena itu supaya pembelajaran kelas rangkap berjalan ideal dan baik maka sebaiknya komponen-komponen seperti pengelolaan siswa, penataan ruang, pemanfaatan sumber belajar dan media belajar sangat dibutuhkan untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar supaya peserta didik lebih mudah mengerti, memahami, dan mempunyai pembelajaran  yang berkesan. Seluruh komponen baik sumber daya manusianya, sarana dan prasarananya , atau apapun yang berkaitan di dalam proses belajar mengajar harus diper baiki. Sehingga kelak nantinya akan menghasilkan dan mencetak generasi bangsa yang berguna bagi nusa,bangsa, dan agamanya.

C.    DAFTAR PUSTAKA
Winataputra,Udin.1998.Pembelajaran Kelas Rangkap.Pamulang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
 Tim Dosen. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). 2009. UMM : Makassar.
Djalil, A., 2004. Pembelajaran Kelas Rangkap. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Universitas Terbuka.