KENDALA – KENDALA PENGELOLAAN KELAS
PADA PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Makalah
Dibuat Untuk Melengkapi Tugas
Mata
Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap
Dosen
Pengampu: Vit Ardyantama M.Pd.
![]() |
Disusun Oleh :
PUTRI IMBAR MAAS
|
(1586206011)
|
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(PGSD)
STKIP PGRI PACITAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
A. LATAR
BELAKANG
Dalam pengelolaan kelas rangkap
guru biasanya belum begitu mengerti cara pengelolaan kelas yang meliputi
pengelolaan siswa dalam proses pembelajaran dan kaitannya dengan interaksi
karena lebih menekankan pada kondisial siswa kelas rangkap asal tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik dengan menghiraukan komponen-komponen
tersebut. Padahal komponen-komponen seperti pengelolaan siswa, penataan ruang,
pemanfaatan sumber dan media belajar sangat dibutuhkan untuk menunjang proses
kegiatan belajar mengajar supaya peserta didik lebih mudah mengerti, memahami,
dan mempunyai pembelajaran yang berkesan.
Pemanfaatan sumber belajar dalam kaitannya kelas
rangkap masih dinilai sangat kurang karena sudut pandang di Indonesia bahwa
apabila suatu sekolah terdapat kelas rangkap secara tidak langsung berati
kekurangan dalam berbagai sarana prasarana seperti tenaga pengajar, ruang
kelas, fasilitas penunjang dll. Dalam pembalajranpun guru dihadapkan pada
pendekatan kondisial seadanya tanpa menggunakan aturan yang sesuai pengelolaan
yang baik guna mengefektifkan dan efisien dalam biaya, tempat, dan
tenaga.selain itu komponen lain seperti model-model PKR dan pengelompokkan
siswa juga masih jauh dari kata dikondisikan untuk memungkinkan proses
pembelajaran yang benar-benar aturan standar pembelajaran kelas rangkap.
Oleh sebab itu kita sebagai calon guru SD yang
dihadapkan kemungkinan besar akan menjumpai tuntutan pengajaran kelas rangkap
apalagi yang ditempatkan pada daerah yang terluar, terdepan, dan tertinggal
seperti di daerah NTT, Papua, Aceh dll maka seorang guru yang profesional harus
mengetahui bagaimana pengelolaan kelas rangkap yang baik dan sesuai aturan
standar guna siswa tidak terlantar dan mencapai tujuan pembelajaran dengan
sesuai harapan.
Dalam masalah
perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh
lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah terutama di daerah
yang terpencil. Akibatnya kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya
perbedaan ini.
Namun demikian,
mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya
kurang baiknya kualitas hasil belajar mungkin hal ini dikarenakan kita belum
menemukan teknik yang tepat untuk melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Oleh
karena itu kita tidak lagi mempunyai anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah
yang sulit untuk diatasi. Namun justru sebaliknya pada diri kita akan mendapatkan
pemahaman bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus kita
hadapi sebagai tugas guru SD.
Disamping itu
PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR
juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar
dikelas rangkap.
Sekolah adalah tempat belajar dan tempat siswa dalam mengasah serta
mengoptimalkan kemampuan yang ada pada dirinya. Sekolah bertugas membimbing
siswa dan memberikan fasilitas yang semaksimal mungkin dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usianya. Sekolah harus memuat
pendidikan yang layak karena pendidikan adalah hak setiap warga negara. Hal
tersebut dijamin dalam Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003 ayat 1 dijabarkan bahwa
setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang punya pembelajaran yang
layak. Pembelajaran yang layak adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
memenuhi standar minimal pembelajaran yang harus terjadi di dalam kelas, ada
kelas, ada guru, ada bahan ajar, Pembelajaran dapat berjalan dengan baik ketika
memiliki kelengkapan komponen pembelajaran, bagaimana pembelajaran bisa
berjalan baik dan efektif, jika gurunya saja tidak lengkap, apalagi para murid
tidak mempunyai buku-buku yang diperlukan.
Jumlah guru yang kurang, memungkinkan guru yang ada mengajar lebih dari
satu kelas yang bisa juga disebut dengan pembelajaran kelas rangkap.
Pembelajaran kelas rangkap adalah satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan
seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama,
dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Oleh karena itu,
untuk mengetahui apakah diterapkan atau tidak serta bagaimana penerapan secara
langsung pembelajaran kelas rangkap di sekolah, penulis yang merupakan calon
guru melakukan kegiatan observasi di SD yang diharapkan dapat meningkatan kualitas tenaga pengajar agar
menjadi pengajar profesional khususnya calon guru sekolah dasar program S1 PGSD
STKIP PGRI Pacitan.
A. STUDY
KASUS
Kendala – kendala yang dihadapi baik guru maupun peserta didik
dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap yang saya temui pada observasi antara lain:
1.
Guru harus menunjuk
para siswa yang lebih tua dan mempunyai kemampuan yang lebih dari siswa lainnya
untuk membantu mengelola pembelajaran. Sedangkan siswanya yang pintar belum tentu mau untuk
maju membantu temannya mengerjakan di depan kelas.
2.
Keterbatasan berbagai
sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran terutama yang berupa
buku-buku teks, bahan belajar yang lainnya dan alat bantu mengajar.
3.
Metode yang
digunakan kurang bervariasi, di SD yang saya observasi masih menggunakan metode
diskusi dan ceramah dimana metode ini menurut saya kurang bervariasi (membosankan)
dan kurang membuat siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
4.
Media
pembelajarannyapun agak membosankan karena hanya menggunakan media yang ada
(fasilitas sekolah).
5.
Kegiatan
pembelajaran kurang terfokuskan karena adanya pembangunan sekolah di dekat area
kelas.
B.
PENYELESAIAN
(SINKRONISASI DATA DAN TEORI)
Paling sedikit ada tiga aspek yang
membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual,
psikologi dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan
yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal
itu pula yang menjadi tugas cukup berat bagai guru dalam menggelola kelas
dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah
sukarnya menggelola kelas. Akibat kegagalan guru menggelola kelas, tujuan
pengajaran pun sukar untuk dicapai. Mengaplikasikan beberapa prinsip
pengelolaan kelas adalah upaya lain yang tidak bisa diabaikan.
Metode mempunyai andil yang cukup
besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki
anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang
sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan
penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terdapat
di dalam suatu tujuan. Strategi/metode yang dapat digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar bermacam-macam penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan.
Dalam mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi
dari dua atau beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan
untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan bergairahnya belajar, anak didik
tidak sukar untuk mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan
anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk
mencapai tujuan.
Pembelajaran merupakan suatu
proses membelajarkan siswa. Sebagai suatu proses, pembelajaran melibatkan
sejumlah unsur yang terkait dengan keterlaksanaan proses tersebut. Unsur yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran adalah (1) tujuan pembelajaran (TPU
dan TPK), (2) proses pembelajaran (materi pelajaran, metode dan teknik
mengajar, sumber belajar), dan (3) evaluasi proses dan hasil belajar siswa,
serta (4) pelaku pembelajaran (guru dan siswa).
Masing-masing unsur yang terkait
dengan proses pembelajaran dapat menjadi sumber permasalahan pembelajaran.
Permasalahan pembelajaran dapat timbul dari tujuan pembelajaran, dari materi
pembelajaran, dari proses pembelajaran, atau dari evaluasi pembelajarannya..
Pelaksanaan pembelajaran sering
mengalami kendala seperti terjadinya perubahan kurikulum, perubahan ini sengaja
diciptakan oleh atasan (Depdiknas) sebagai usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun
sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebagainya. Inovasi seperti ini
dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan
bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan
bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.
Oleh karena itu supaya
pembelajaran kelas rangkap berjalan ideal dan baik maka sebaiknya komponen-komponen
seperti pengelolaan siswa, penataan ruang, pemanfaatan sumber belajar dan media belajar sangat dibutuhkan
untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar supaya peserta didik lebih mudah
mengerti, memahami, dan mempunyai pembelajaran yang berkesan. Seluruh komponen baik sumber daya manusianya, sarana dan
prasarananya , atau apapun yang berkaitan di dalam proses belajar mengajar
harus diper baiki. Sehingga kelak nantinya akan menghasilkan dan mencetak
generasi bangsa yang berguna bagi nusa,bangsa, dan agamanya.
C. DAFTAR
PUSTAKA
Winataputra,Udin.1998.Pembelajaran
Kelas Rangkap.Pamulang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.
Tim Dosen. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). 2009. UMM : Makassar.
Djalil, A., 2004. Pembelajaran
Kelas Rangkap. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Universitas
Terbuka.
